Dan akhirnya yg tersisa adalah ucapan syukur dan terima kasih tanpa batas. Yap begitulah keputusannya setelah perenungan tanpa sengaja di bangku gereja minggu kemarin.
Kenapa harus terikat erat dengan pengakuan akan keberhasilan? Kenapa harus tersakiti ketika ada yg merendahkan?
Mungkin saat itu sesosok malaikat datang dan mengetok pintu hati yang terlalu tebal ini, terlalu lama terkunci. Dan saat akhirnya kuputuskan untuk dibuka yang tersisa adalah lega.
Terima kasih Tuhan untuk semua yg sudah terjadi, bukan untuk ditangisi tapi memang harus dilalui. Bukan untuk disesali, dan bukan untuk diratapi. Tidak selalu karena awal yg berbeda, tapi perjalanan menuju akhir yg lebih utama. Berhentikah atau terus saja berlari? Aku memilih opsi kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar